Breaking

Kamis, 31 Maret 2016

SEJARAH GOJUKAI DI SOPPENG



Secara etimologi (harfiah), KARATE terdiri dari 2 (dua) suku kata, yaitu kara yang berarti “kosong”, dan te yang berarti “tangan”.  Selanjutnya, KARATE yang berarti “tangan kosong”, ditambah sufiks (akhiran) do yang berarti “cara, pedoman atau jalan yang tak pernah putus”, dan sebagai indikasi tata tertib dan filosofi dari karate yang dikonotasikan dengan moral dan spiritual. 
GOJUKAI terdiri dari tiga suku kata, yaitu GO (keras), JU (lembut) dan KAI (perguruan). Perpaduan antara unsur kekerasan (Go) dan unsur kelembutan (Ju) yang dikombinasikan dengan seni pernafasan (Ikibuki) dan seni meditasi (Zen) adalah wujud tertinggi dari bentuk pertarungan dan kesempurnaan seni bela diri ini. Adapun sasaran utama dan tujuan akhir dari seni bela diri ini adalah pembinaan aspek GO (fisik & teknik) dan aspek JU (mental, moral & spitiual). 
Karate GOJU didirikan oleh Master CHOJUN MIYAGI Sensei pada tahun 1930 di Okinawa, kemudian diorganisir secara internasional, modern, sistematis dan universal oleh Master GOGEN YAMAGUCHI Hanshi Sensei dalam suatu wadah yang bernama International Karate-Do Gojukai Association (IKGA) di Jepang. Inilah yang menjadi induk organisasi karate resmi yang mengajarkan karate GOJU di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Karate-Do Gojukai Indonesia didirikan di Jakarta pada tahun 1967 oleh Shihan Drs. SETJO HARDJONO (mahasiswa Indonesia berprestasi yang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi di Jepang). Selanjutnya, murid beliau yang bernama Sensei RICHARD MENDWIDJAYA membuka Komisariat Daerah Sulawesi Selatan pada tahun 1974 di Makassar. Pada masa kepemimpinan Shihan Prof. Dr. ACHMAD ALI, SH. MH, organisasi karate ini pun kian melebarkan sayapnya (membuka cabang) hingga ke seluruh jazirah Sulawesi Selatan, termasuk di Kabupaten Soppeng. 
Karate-Do Gojukai Cabang Soppeng didirikan oleh Sensei Abdullah, Sm.Hk, SE. pada tahun 1984, dan telah membuka beberapa unit latihan. Sejak awal didirikannya, kondisi GOJUKAI SOPPENG terkadang fluktuatif, sering mendapat cobaan ataupun rintangan, terutama oleh masyarakat yang awam terhadap seni bela diri karate. Namun dengan semangat dan jiwa kesatria, para karateka GOJU berusaha menjaga tradisi dan kelestariannya dari generasi ke generasi, sehingga menjadikannya tetap eksis berkibar dan survive, meski melalui proses panjang dan rumit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar